RSCM dan SK Plasma Kolaborasi Produksi Albumin, Kurangi Impor Obat

RSCM dan SK Plasma Kolaborasi Produksi Albumin, Kurangi Impor Obat

Jendela Magazine, JAKARTA – RSCM dan SK Plasma Kolaborasi Produksi Albumin, Kurangi Impor Obat. Unit Transfusi Darah (UTD) di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mengatakan bahwa setiap darah yang didonasikan langsung diberikan ke pasien yang membutuhkan. Namun, banyak darah tersebut tidak bisa digunakan dan harus dibuang.

Hal ini terjadi karena beberapa pasien hanya membutuhkan bagian tertentu dari darah, seperti sel darah merah atau trombosit, untuk pemulihan kondisi tertentu .
Akibatnya, lebih dari 200 liter darah per bulan harus dibuang setiap bulannya.

Untuk menyalurkan darah yang tidak terpakai, RSCM mengembangkan teknologi dan berkolaborasi dengan pihak lain untuk membuat plasma yang bisa digunakan sebagai bahan obat .


“Sekarang RSCM sudah mendapat izin untuk mengolah darah yang biasanya dibuang menjadi bahan baku yang bisa diolah lebih menjadi obat . Jadi
, bahan baku tersebut bisa diubah menjadi lebih banyak obat ,” kata Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto, Sp. B, FINACS, M.Kes , di Jakarta, Rabu (23/7/2025).

“Karena RSCM tidak bisa memproduksi obat sendiri, maka bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk mengembangkan plasma ,” lanjutnya.


Kerja sama tersebut melibatkan RSCM dengan perusahaan swasta bernama SK Plasma.
Kolaborasi ini bagian dari strategi untuk memperkuat rantai pasok bahan baku plasma dalam negeri , sehingga mengurangi ketergantungan pada produk impor .

Supriyanto menyebut pengembangan plasma dari darah yang dibuang menjadi salah satu langkah untuk menciptakan kemandirian dalam produksi obat di dalam negeri .


“Sebelumnya, plasma yang digunakan pasien di Indonesia berasal dari luar negeri .
Dengan mengubah darah yang biasanya dibuang menjadi obat, maka harganya bisa lebih terjangkau . Selain itu, darah tersebut juga memiliki nilai ekonomis,” jelasnya.

Supriyanto menegaskan peran RSCM dalam mendukung kebijakan nasional menuju kemandirian bidang kesehatan.


Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, dr.
Renan Sukmawan, juga menjelaskan bahwa salah satu hasil dari pengembangan plasma adalah zat albumin.

Zat albumin sangat dibutuhkan oleh pasien yang sedang dalam kondisi sakit berat.
Zat ini bisa meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh pasien.

Dengan diproduksi di dalam negerialbumin akan lebih mudah diakses oleh pasien.


“Kita menerima pasien yang kondisinya berat dari seluruh Indonesia.
Salah satu kebutuhan utamanya adalah albumin. Pasien dengan masalah hati atau gizi buruk, serta kondisi berat yang berkaitan dengan gizi membutuhkan albuminAlbumin sangat penting karena sebelumnya harus diimpor,” kata Renan.

Sementara itu, Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan, Dita Novianti, menyatakan dukungan terhadap kerja sama yang dilakukan RSCM.


Jika kapasitas produksinya bisa mencapai 600 ribu liter per tahun, dengan kemampuan produksi 700 liter per bulan, RSCM akan memberikan kontribusi besar bagi pasokan plasma,” kata Dita.
(kanan/jpnn)

BACA LAINNYA