|

Tragedi Prada Lucky Namo: Janji yang Tak Tersampaikan dan Perjuangan Seorang Ibu untuk untuk Keadilan

Jendela Magazine – Nasib tak selalu berpihak. Prada Lucky Chepril Saputra Namo, seorang prajurit muda TNI, tewas dalam tragedi memilukan setelah diduga menjadi korban penganiayaan oleh seniornya di asrama Batalyon Teritorial Pembangunan, Nagekeo, Flores, NTT. Kematiannya bukan hanya meninggalkan duka, tetapi juga janji yang tak sempat terpenuhi: sebuah rumah untuk ibunya.

Kisah di Balik Kematian yang Menggemparkan

Prada Lucky Namo meninggal dunia pada Rabu (8/8/2025) setelah mengalami penganiayaan. Namun, yang lebih menyayat hati adalah fitnah yang menyertainya—ia dituding melakukan penyimpangan, padahal ia adalah korban.

Ibunda Lucky, Sepriana Paulina Mierpey, tak kuasa menahan tangis ketika Panglima Kodam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto, berkunjung ke rumah duka di Kupang, Senin (11/8/2025).

“Tolong, saya butuh keadilan, Pak. Saya serahkan anak saya sebagai tentara, jangan biarkan dia difitnah,” pinta Paulina sambil berlutut di hadapan Mayjen Piek.

Anak yang Jadi Tulang Punggung Keluarga

Lucky bukan sekadar anak bagi Paulina—ia adalah harapan dan penopang hidup. “Kalau gugur di medan perang, saya ikhlas. Tapi ini di tangan oknum-oknum yang seharusnya melindunginya,” ujarnya dengan suara bergetar.

Paulina juga membongkar kebenaran di balik foto-foto viral kondisi Lucky yang beredar di media sosial. “Itu saya yang memotretnya saat dia dirawat di RSUD Aeramo. Tolong hentikan cemoohan dan fitnah terhadap anak saya,” desaknya.

Janji yang Tak Sempat Terwujud

Dengan air mata, Paulina mengungkapkan bahwa Lucky berjanji akan memberinya hadiah rumah pada ulang tahunnya bulan depan. “Dia bilang, ‘Mama, aku akan kasih hadiah ini untukmu.’ Tapi sekarang, yang pulang hanya mayatnya,” ucapnya, hancur.

Respons Pangdam IX/Udayana: 20 Tersangka Ditahan

Mayjen Piek Budyakto menyatakan, 20 orang telah ditetapkan sebagai tersangka, termasuk satu perwira. “Kami tidak akan tutupi apa pun. Proses hukum akan berjalan transparan,” tegasnya.

Ia juga meminta maaf atas kejadian ini dan berjanji menindaklanjuti tuntutan keluarga. “Saya ikut merasakan kehilangan ini. Saya pastikan semua pihak yang bersalah akan dihukum seberat-beratnya,” ucap Piek.

Profil Mayjen Piek Budyakto

Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto, Pangdam IX/Udayana sejak Maret 2025, adalah perwira tinggi lulusan Akademi Militer 1991. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan RI. Pengalamannya di berbagai posisi strategis membuatnya diharapkan bisa menuntaskan kasus ini dengan tegas.

Proses Hukum dan Harapan Keluarga

Pihak Denpom Udayana masih melakukan penyelidikan mendalam, termasuk rekonstruksi kejadian. Keluarga Lucky berharap proses hukum berjalan adil tanpa tebang pilih.

“Kami percaya institusi TNI, tapi kami butuh kepastian bahwa anak saya dapat keadilan,” kata Paulina.

Refleksi: Harga Sebuah Nyawa di Tengah Sistem

Tragedi Lucky menyoroti pentingnya pengawasan terhadap praktik hazing (perpeloncoan) di lingkungan militer. Kematiannya menjadi tamparan keras bagi TNI untuk mengevaluasi sistem pembinaan prajurit muda.

Kini, yang tersisa hanya doa dari seorang ibu: semoga anaknya tenang di sana, dan janji keadilan benar-benar terwujud.

Ikuti perkembangan terbaru kasus ini hanya di Jendela Magazine.