Program Cek Kesehatan Gratis untuk Santri: Antara Harapan dan Tantangan Implementasi
Jendela Magazine – Sejak 4 Agustus 2025, pemerintah meluncurkan program pemeriksaan kesehatan gratis bagi seluruh pelajar, termasuk 3,2 juta santri di pesantren. Inisiatif ini menuai apresiasi sekaligus pertanyaan: apakah skrining kesehatan saja cukup mengatasi masalah kompleks di lingkungan asrama?
Lingkungan Berisiko Tinggi
Pesantren sebagai komunitas padat berpotensi menjadi episentrum berbagai masalah kesehatan:
- Penyakit menular: 84,8% santri pernah mengalami kudis (skabies) berdasarkan data 2023
- Gangguan pernapasan: Risiko TB 3x lebih tinggi dibanding populasi umum
- Masalah gizi: 1 dari 4 santri mengalami gizi kurang menurut survei Pesantren Sehat
Terbatasnya Cakupan Pemeriksaan
Program saat ini hanya mencakup:
✓ Pemeriksaan dasar (tekanan darah, penglihatan)
✓ Skrining penyakit tertentu (TB, hepatitis)
✓ Kesehatan gigi dan mulut
Yang belum termasuk:
- Pemeriksaan kulit untuk deteksi dini skabies
- Assesmen kesehatan mental komprehensif
- Pemeriksaan sanitasi lingkungan pesantren
Integrasi dengan Program Lain
Ahli kesehatan masyarakat menekankan pentingnya pendekatan holistik:
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Studi di Jember menunjukkan PHBS meningkatkan kesadaran kesehatan 66,7% santri
- Butuh pendampingan rutin dari puskesmas dan kader santri husada
- Perbaikan Infrastruktur
- 60% pesantren di Jawa Timur masih kekurangan fasilitas air bersih
- Rasio jamban sehat ideal 1:20, realitas 1:50 di banyak pesantren
- Sistem Rujukan Terpadu
- Integrasi data dengan aplikasi SATUSEHAT
- Mekanisme tindak lanjut untuk kasus terdeteksi
Tantangan Implementasi
SDM Kesehatan:
- Rasio tenaga kesehatan vs santri = 1:6 (ideal 1:50 menurut WHO)
- Beban ganda melayani pesantren + masyarakat umum
Anggaran:
- Hanya 15% dana kesehatan pesantren dialokasikan untuk promosi PHBS
- Kebutuhan pelatihan kader membutuhkan tambahan Rp 2,8 miliar/tahun
Rekomendasi Para Ahli
- Perluasan cakupan pemeriksaan:
- Tambahkan skrining kulit dan kesehatan mental
- Pemantauan berkala (3 bulan sekali)
- Pemberdayaan kader:
- Pelatihan lanjutan untuk 25.000 santri husada
- Insentif bagi kader berprestasi
- Kolaborasi multipihak:
- Kemenkes + Kemenag + organisasi pesantren
- Pelibatan alumni untuk pendanaan
“Program ini ibarat pisau bermata dua—deteksi dini penting, tapi tanpa intervensi lanjutan justru berisiko menimbulkan false sense of security,” tegas Dr. Aliya Rahman, pakar kesehatan masyarakat dari UI.
Peta Jalan Ke Depan
| Aspek | Target 2026 |
|---|---|
| Cakupan pemeriksaan | +30% jenis penyakit |
| Kader terlatih | 40% santri husada |
| Fasilitas sanitasi | 100% pesantren memiliki air bersih |
Program ini akan dievaluasi berkala dengan indikator:
- Penurunan 50% kasus skabies
- Peningkatan 40% partisipasi PHBS
- Pengaduan kesehatan online via SATUSEHAT
#KesehatanSantri #PesantrenSehat #ReformasiKesehatan
