Bendera One Piece Jadi Simbol Perlawanan Global: Dari Jakarta Hingga Paris
JAKARTA – Fenomena tak terduga terjadi dalam gelombang protes global terkini. Bendera Jolly Roger dari anime One Piece yang menampilkan tengkorak dengan dua tulang bersilang, telah menjelma menjadi simbol perlawanan yang menyatukan demonstran dari Indonesia hingga Nepal dan Prancis. Simbol yang awalnya identik dengan budaya pop ini berubah menjadi ikon perlawanan terhadap ketidakadilan dan otoritarianisme.
Awal Mula: Dari Budaya Pop ke Politik Jalanan
Penggunaan bendera Jolly Roger pertama kali muncul dalam demonstrasi di Indonesia beberapa tahun terakhir. Simbol ini mendapatkan momentum signifikan selama peringatan Hari Kemerdekaan Agustus 2025, ketika sejumlah warga secara provokatif mengibarkan bendera bajak laut alih-alih bendera nasional.
Titik balik terjadi setelah tragedi meninggalnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob pada 28 Agustus 2025. Insiden ini memicu gelombang solidaritas dan kemarahan publik, dengan bendera One Piece menjadi simbol visual perlawanan terhadap kekerasan negara dan ketidakadilan sosial.
Menyebar ke Nepal: Melawan Korupsi dan Otoritarianisme
Gelombang protes di Nepal mengadopsi simbol yang sama. Di Kathmandu, demonstran mengibarkan bendera Jolly Roger sambil menuntut akuntabilitas pemerintah dan menentang korupsi serta sensor.
“Bendera ini merepresentasikan kebebasan dan kesetiaan pada nilai-nilai keadilan,” kata Rohan Rai, seorang aktivis muda Nepal. “Kami terinspirasi oleh semangat perlawanan yang sama di negara lain.”
Seorang netizen Nepal dengan akun @sunshine.aroma5656 menambahkan, “Dunia korup dalam One Piece mencerminkan realitas negara kami saat ini. Inilah saatnya untuk bangkit dan memberontak.”
Mencapai Filipina dan Prancis: Sebuah Gerakan Global
Di Filipina, bendera Jolly Roger muncul dalam acara lari antikorupsi di Universitas Filipina Diliman yang diikuti lebih dari seribu peserta. Acara ini kemudian menjadi viral di platform internasional, memperluas jangkauan simbol ini.
Puncaknya terjadi di Paris pada 10 September 2025, ketika demonstran Prancis mengibarkan bendera One Piece dalam protes menentang kebijakan penghematan Presiden Emmanuel Macron. Para peserta tidak hanya membawa bendera tetapi juga mengenakan topi jerami khas Luffy, menciptakan estetika protes yang unik yang memadukan budaya pop dengan politik radikal.
Analisis Pakar: Mengapa Simbol Ini Begitu Powerful?
Dr. Natale Pang, pakar komunikasi dari Universitas Nasional Singapura, menjelaskan daya tarik global simbol ini: “Bendera bajak laut yang awalnya dirancang untuk menakut-nakuti, kini ditafsir ulang sebagai simbol persahabatan, kebebasan, dan perjuangan untuk mimpi.”
“Simbol budaya pop semacam ini sangat efektif untuk ekspresi kolektif karena orang dapat bersatu berdasarkan nilai-nilai bersama yang mereka anggap diwakili oleh simbol tersebut,” tambah Pang.
Pakar budaya digital, Prof. Aisha Watanabe dari Tokyo University, menambahkan: “Gen Z menemukan cara baru untuk terlibat dalam politik. Mereka menggunakan bahasa visual yang mereka pahami dari budaya pop untuk mengekspresikan ketidakpuasan politik.”
Fenomena Generasi Z: Politik dalam Bahasa Visual
Fenomena ini menunjukkan bagaimana generasi muda menciptakan bahasa protes baru yang memadukan:
- Aksesibilitas Visual: Simbol yang mudah dikenali dan direproduksi
 - Ambiguity Strategis: Dapat diinterpretasikan berbeda sesuai konteks lokal
 - Koneksi Emosional: Terkait dengan karakter dan cerita yang sudah dikenal
 - Kemampuan Viral: Mudah menyebar melalui media sosial dan platform digital
 
Implikasi Global: Masa Depan Aktivisme Digital
Pergeseran ini menandai evolusi dalam aktivisme global:
- Transnasional: Isu lokal menjadi terhubung melalui simbol bersama
 - Kultural: Budaya pop menjadi medium ekspresi politik
 - Generasional: Gen Z membentuk bahasa protes mereka sendiri
 - Digital: Media sosial mempercepat penyebaran simbol dan narasi
 
Kesimpulan: Dari Fiksi ke Realitas Politik
Bendera One Piece telah melampaui asal-usul fiksionalnya menjadi simbol perlawanan global yang powerful. Dari Jakarta ke Kathmandu hingga Paris, Jolly Roger sekarang mewakili suara generasi muda yang menuntut perubahan dan keadilan.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya pop dapat menjadi jembatan antara hiburan dan politik, menciptakan bahasa protes universal yang melampaui batas-batas nasional dan budaya.
Seperti kata seorang demonstran di Paris: “Kami mungkin berasal dari negara yang berbeda, tetapi kami berjuang untuk nilai-nilai yang sama – kebebasan, keadilan, dan masa depan yang lebih baik. Bendera ini menyatukan kami.”
