Gudang Garam Geser Strategi ke Rokok Kretek Tangan (SKT), Jawab Tekanan Cukai & Selera Pasar

Gudang Garam Geser Strategi ke Rokok Kretek Tangan (SKT), Jawab Tekanan Cukai & Selera Pasar

Jendela Magzine – Di warung-warung kopi sepanjang Jawa Timur, pagi masih sering diselimuti kabut dan kepulan asap rokok kretek. Namun, yang menguar bukanlah asap dari rokok mesin bermerek ternama, melainkan dari Sigaret Kretek Tangan (SKT)—pilihan baru para buruh, sopir, dan warga yang tetap setia pada rasa tembakau dan cengkeh, namun dengan harga yang lebih bersahabat.

“Sekarang SKT lebih murah, Mas. Rasanya juga tetap mantap,” ujar seorang perokok di Kediri, sambil menyalakan batang keduanya. Kalimat sederhana itu menyimpan cerita besar: pergeseran pasar rokok Indonesia yang dipicu kebijakan cukai dan daya beli masyarakat.

Gudang Garam Merespons: Fokus pada SKT

Merespons perubahan pasar ini, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) – raksasa industri rokok nasional – secara resmi mengumumkan pergeseran strategi bisnisnya. Perusahaan memutuskan untuk memperbesar portofolio produk Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebagai jawaban atas meningkatnya permintaan rokok dengan harga terjangkau.

Direktur Gudang Garam, Heru Budiman, menjelaskan strategi ini dalam Public Expose pada Kamis, 11 September 2025. “Kami di 2024 sudah mengeluarkan dan memperbesar varian produk dalam segmen SKT, sehingga bisa berpartisipasi memenuhi permintaan dari orang yang mencari rokok dengan harga lebih murah,” ujarnya.

Pemicu Utama: Jurang Lebar Tarif Cukai

Latar belakang strategi ini adalah kebijakan cukai yang tidak seimbang antara Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan SKT dalam lima tahun terakhir. Heru memaparkan perbedaan yang sangat signifikan:

  • Cukai SKM: Rp19.000 per bungkus
  • Cukai SKT (isi 12 batang): Rp6.600

Selisih cukai yang mencapai hampir tiga kali lipat ini langsung terasa di tingkat konsumen. Di warung, konsumen sering dihadapkan pada dua pilihan: membeli sebungkus SKM dengan uang Rp20.000 yang nyaris tidak cukup, atau memilih SKT yang harganya lebih terjangkau.

Data Pasar Membenarkan Tren

Data Nielsen Indonesia pada 2024 mengonfirmasi terjadinya pergeseran preferensi konsumen:

  • Pangsa pasar SKT naik menjadi 31,1%
  • Pangsa pasar SKM terus menyusut terkikis kenaikan harga

Gudang Garam sendiri telah meluncurkan 11 varian SKT untuk menangkap peluang ini, mendekati jumlah varian SKM mereka yang sebanyak 13 varian.

Dampak pada Volume Penjualan dan Lapangan Kerja

Perubahan strategi ini juga tercermin dalam struktur penjualan perusahaan:

  • Volume penjualan SKM turun di bawah 85% pada 2024
  • Volume SKT naik menjadi 15,3% (dari sebelumnya 13,7% pada 2023)

Di balik angka-angka ini, ada puluhan ribu pekerja—sebagian besar perempuan—yang tetap bertahan sebagai pelinting rokok tangan. Dengan memperkuat segmen SKT, Gudang Garam tidak hanya merespons pasar tetapi juga mempertahankan lapangan kerja tradisional yang semakin terdesak oleh otomatisasi.

Tekanan pada Kinerja Keuangan

Namun, strategi bertahan ini datang dengan konsekuensi keuangan. Laporan kinerja Semester I-2025 menunjukkan:

  • Laba bersih anjlok 87,3% menjadi Rp117,16 miliar
  • Pendapatan turun 11,29% menjadi Rp44,36 triliun

Angka ini mencerminkan betapa beratnya tekanan yang dihadapi industri rokok nasional akibat kebijakan cukai yang tidak berimbang dan perubahan perilaku konsumen.

Kesimpulan: Strategi Bertahan di Tengah Turbulensi

Keputusan Gudang Garam untuk beralih ke SKT bukan sekedar taktik bisnis, tetapi cerminan adaptasi sebuah industri tradisional yang berusaha bertahan di tengah perubahan regulasi dan pasar.

Bagi konsumen, SKT adalah solusi atas melambungnya harga rokok. Bagi Gudang Garam, ini adalah strategi untuk mempertahankan pangsa pasar yang sekali hilang akan sulit direbut kembali. Dan bagi ribuan pelinting tangan di pabrik-pabrik Kediri, ini adalah tentang mempertahankan nafas kehidupan yang dihirup dari setiap lintingan rokok kretek.

Di warung-warung kopi, kepulan asap SKT terus mengepul—simbol resistensi, adaptasi, dan keberlanjutan sebuah tradisi yang menemukan cara baru untuk bertahan.