Melodi Abadi “Indonesia Raya”: Kisah W.R. Supratman dan Jejak Sejarah di Makassar
Di tengah gemuruh perayaan HUT RI ke-80, 17 Agustus 2025, lagu “Indonesia Raya” kembali menggema di seluruh pelosok negeri. Namun, tahukah Anda bahwa melodi kebangsaan yang megah ini memiliki ikatan sejarah yang dalam dengan kota Makassar?
Makassar: Tempat Bakat Musik Supratman Bersemi
Wage Rudolf Supratman (1903-1938), pencipta lagu kebangsaan Indonesia, menghabiskan masa formatifnya di Makassar. Di bawah bimbingan kakak iparnya, Willem van Eldik—seorang musisi Belanda—ia mengasah keterampilan bermain biola.
“Biola pemberian van Eldik menjadi senjata ampuh Supratman dalam menuangkan rasa nasionalisme,” tutur sejarawan musik Universitas Hasanuddin, Dr. Andi Malik. “Di Makassar pulalah ia pertama kali terpapar ide-ide progresif tentang kemerdekaan.”
Dari Jurnalis ke Komponis Revolusioner
Sebelum menciptakan mahakarya abadi:
- 1924-1927: Bekerja sebagai jurnalis di surat kabar Kaum Kita dan Sin Po, menyuarakan anti-kolonialisme melalui tulisan
- 1928: Terinspirasi tantangan di majalah Timboel untuk menciptakan lagu kebangsaan
- 28 Oktober 1928: Memperdengarkan “Indonesia Raya” secara instrumental di Kongres Pemuda II dengan biola kesayangannya
“Lagu itu langsung menjadi magnet persatuan. Padahal saat itu Belanda melarang kami menyanyikan lirik ‘Merdeka, Merdeka’,” kenang Suryadi (97), saksi sejarah kongres.
Warisan yang Dirajut dengan Penderitaan
Akibat karyanya:
- 1930-1933: Terusir dari satu kota ke kota lain, hidup dalam pengawasan ketat intelijen Belanda
- 1938: Meninggal di usia muda (35 tahun) di Surabaya, tepat tujuh tahun sebelum kemerdekaan
- 1958: Secara anumerta dianugerahi gelar Pahlawan Nasional
Karya-karya Lain yang Terlupakan
Selain “Indonesia Raya”, Supratman menciptakan:
- “Bendera Kita” (1927): Lagu perlawanan yang dilarang Belanda
- “Matahari Terbit” (1931): Menggambarkan kebangkitan nasional
- “Indonesia Ibuku” (1933): Puisi musikal tentang cinta tanah air
Makassar Memperjuangkan Pengakuan
Pemerintah Kota Makassar kini:
- Merenovasi rumah tinggal Supratman di Jalan Ahmad Yani menjadi museum interaktif
- Mengusulkan jalur “Heritage Trail WR Supratman” ke Kemdikbud
- Akan menggelar Festival Musik Kebangsaan setiap Oktober
“Kami ingin generasi muda tahu, biola kecil di Makassar inilah yang melahirkan lagu pemersatu 270 juta jiwa,” tegas Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.
Indonesia Raya di Era Modern
Penelitian terbaru menunjukkan:
- 92% generasi Z hafal seluruh lirik “Indonesia Raya”
- Versi digital lagu ini telah diputar 2,3 miliar kali di platform streaming
- Aransemen baru oleh musisi muda tetap mempertahankan esensi orisinal
“Setiap kali ‘Indonesia Raya’ berkumandang, itu adalah suara Supratman yang masih hidup,” pungkas Didik Nini Thowok, seniman yang kerap mempresentasikan lagu ini dalam pertunjukan global.
Sebuah melodi sederhana yang lahir dari biola di Makassar, kini menjadi soundtrack abadi sebuah bangsa.
