jendela magazineSeiring bertambahnya usia, hubungan antara orang tua dan anak dapat mengalami berbagai perubahan.
Beberapa orang tua justru merasa semakin dekat dengan anak-anaknya, sementara yang lain mulai menjauh, baik secara emosional maupun fisik.
Proses ini bisa terjadi perlahan-lahan dan sering kali tanpa disadari.
Menurut psikologi, ada sejumlah perilaku khas yang menjadi tanda-tanda ketika orang tua mulai menjauh dari anak-anak mereka, dan memahami tanda-tanda ini bisa membantu memperbaiki hubungan sebelum jarak tersebut menjadi permanen.
Dilansir dari Geediting pada Kamis (24/7), terdapat 7 perilaku yang biasanya ditunjukkan oleh orang yang mulai menjauh dari anak-anaknya seiring bertambahnya usia menurut psikologi:
1. Menghindari Percakapan Emosional yang Mendalam
Orang tua yang mulai menjauh sering kali hanya membahas hal-hal yang bersifat dangkal dan praktis, seperti cuaca, pekerjaan, atau kegiatan sehari-hari.
Mereka enggan berbicara tentang perasaan, pengalaman pribadi, atau kekhawatiran yang sebenarnya.
Ini bisa menjadi bentuk pertahanan diri karena mereka tidak ingin terlihat lemah atau merepotkan anak-anaknya.
Dalam psikologi, hal ini disebut sebagai emotional distancing, yaitu kecenderungan untuk menjaga jarak dari kedekatan emosional demi melindungi diri dari rasa sakit atau kekecewaan.
2. Mulai Menolak Bantuan Meski Sebenarnya Membutuhkan
Penolakan terhadap bantuan anak, entah dalam bentuk materi, tenaga, atau waktu, merupakan tanda lain dari jarak yang mulai tercipta.
Orang tua mungkin berkata, “Ibu masih kuat,” atau “Ayah bisa urus sendiri,” meski dalam hati mereka tahu tidak lagi sekuat dulu.
Psikolog menyebut ini sebagai mekanisme kontrol untuk mempertahankan harga diri, karena menerima bantuan bisa terasa seperti kehilangan kendali atas hidup sendiri.
3. Lebih Memilih Lingkaran Sosial di Luar Keluarga
Beberapa orang tua mulai mencari kenyamanan dari teman sebaya, komunitas gereja atau pengajian, tetangga, atau bahkan kelompok online.
Meski ini bukan hal negatif, namun jika waktu bersama anak terus berkurang karena mereka lebih memilih kelompok lain, ini bisa menjadi tanda bahwa keterikatan emosional dengan anak mulai mengendur.
Psikologi menyebut ini sebagai social substitution, yakni menggantikan satu relasi penting dengan relasi lain yang dirasa lebih aman atau tidak menimbulkan beban emosional.
4. Mengkritik atau Menyalahkan Anak Lebih Sering
Orang tua yang merasa kecewa atau tidak terpenuhi secara emosional kadang menyalurkannya melalui kritik atau sindiran halus.
Misalnya, mereka mulai berkata, “Dulu orang tua menghormati anak, sekarang malah sebaliknya,” atau “Kalau tidak punya waktu untuk orang tua, jangan sok sibuk.”
Ini bisa jadi mekanisme projection, yaitu melemparkan rasa sakit pribadi ke orang lain agar tidak perlu menghadapinya sendiri.
5. Enggan Melibatkan Diri dalam Urusan Keluarga Anak
Ketika orang tua mulai menjauh, mereka kerap menolak terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.
Mereka enggan datang ke acara cucu, menolak ikut campur dalam keputusan keluarga, atau merasa “bukan urusan saya lagi.”
Padahal sebelumnya mereka mungkin sangat aktif dan peduli.
Psikologi menyebut ini sebagai bentuk withdrawal, yaitu penarikan diri dari hubungan yang dirasa tidak lagi memberi makna atau pengakuan.
6. Meningkatnya Ketertarikan pada Kegiatan Pribadi yang Terisolasi
Bertambahnya usia sering kali membuat seseorang lebih fokus pada kegiatan yang bisa dilakukan sendiri, seperti berkebun, menonton TV, membaca, atau berjalan sendirian.
Meskipun kegiatan ini sehat, namun ketika menjadi pelarian untuk menghindari interaksi dengan anak, hal ini bisa menunjukkan adanya emotional disengagement.
Mereka mulai menciptakan dunia sendiri yang bebas dari ekspektasi atau interaksi emosional yang terasa berat.
7. Merasa Tak Lagi Dibutuhkan dan Memilih Mundur
Salah satu penyebab paling dalam dari menjauhnya orang tua adalah perasaan tidak lagi relevan atau dibutuhkan.
Anak-anak yang sudah mandiri, sibuk, dan punya keluarga sendiri bisa secara tidak sengaja membuat orang tua merasa tersisih.
Dalam dunia psikologi, ini dikenal dengan istilah perceived obsolescence – perasaan bahwa keberadaan seseorang tidak lagi membawa nilai atau arti dalam sistem keluarga.
Alih-alih meminta perhatian, sebagian orang tua memilih diam dan menjauh sebagai bentuk penerimaan yang menyakitkan.
Kesimpulan: Jarak yang Bisa Dijembatani
Menjauhnya hubungan orang tua dan anak seiring bertambahnya usia bukanlah hal yang tak terelakkan.
Tanda-tanda ini dapat dikenali dan diperbaiki jika kedua pihak bersedia terbuka dan saling memahami.
Kadang, orang tua menjauh bukan karena tidak peduli, tapi karena tidak ingin merepotkan atau merasa tidak punya tempat lagi.
Di sisi lain, anak-anak juga mungkin terlalu sibuk atau tidak peka terhadap perubahan kecil ini.
Hubungan orang tua dan anak tidak berakhir ketika anak dewasa—ia hanya berubah bentuk.
Dengan komunikasi yang jujur, kepekaan emosional, dan waktu berkualitas, hubungan ini bisa tetap hangat dan saling menguatkan hingga akhir usia.
***