Senjata Terselubung: Mengenali dan Menghadapi Perilaku Pasif-Agresif

Senjata Terselubung: Mengenali dan Menghadapi Perilaku Pasif-Agresif

Perilaku pasif-agresif ibarat racun yang merayap pelan-pelan. Tidak seperti kemarahan yang meledak, sikap ini menyembunyikan permusuhan di balik senyuman, kata-kata “baik”, atau bahkan keheningan.

Apa Itu Perilaku Pasif-Agresif?

Menurut American Psychological Association (APA), perilaku pasif-agresif adalah ekspresi permusuhan secara tidak langsung, seperti:

  • Sindiran halus yang dibungkus canda
  • “Lupa” yang disengaja
  • Komunikasi tidak jujur untuk menghindari konflik
  • Pujian palsu yang sebenarnya merendahkan

Orang pasif-agresif jarang berkonfrontasi langsung. Sebaliknya, mereka menggunakan frasa-frasa tertentu yang terlihat normal, tetapi meninggalkan rasa tidak nyaman.


8 Frasa Pasif-Agresif Paling Umum & Cara Menanggapinya

1. “Aku cuma bercanda, kok”

Apa yang terjadi?
Sindiran disamarkan sebagai lelucon, sehingga korban sulit protes tanpa dianggap “terlalu serius”.

Balasan efektif:
“Kalau itu candaan, aku tidak tertawa. Lebih baik bicara jujur.”

2. “Tidak bermaksud menyinggung, tapi…”

Apa yang terjadi?
Kritik atau penghinaan dibungkus dengan basa-basi palsu.

Balasan efektif:
“Kalau ada masalah, bicarakan langsung. Tidak perlu dikemas seperti ini.”

3. “Kamu terlalu sensitif”

Apa yang terjadi?
Ini adalah gaslighting—taktik membuat Anda meragukan perasaan sendiri.

Balasan efektif:
“Aku berhak atas emosiku. Jika kamu tidak bermaksud menyakiti, mengapa tidak meminta maaf?”

4. “Kalau kamu bilang begitu…”

Apa yang terjadi?
Kalimat netral dengan nada merendahkan, seolah meragukan keputusan Anda.

Balasan efektif:
“Ya, aku bilang begitu. Ada masalah?”

5. “Kupikir kamu tahu”

Apa yang terjadi?
Membuat Anda merasa bersalah karena “seharusnya” mengerti sesuatu yang tidak pernah dijelaskan.

Balasan efektif:
“Aku bukan cenayang. Kalau ada yang perlu dikomunikasikan, sampaikan dengan jelas.”

6. “Tenang aja”

Apa yang terjadi?
Mengecilkan emosi Anda seolah itu masalah, bukan respons yang valid.

Balasan efektif:
“Aku akan tenang kalau didengarkan. Ini yang sebenarnya ingin kubicarakan…”

7. “Aku cuma mau bantu, kok”

Apa yang terjadi?
Kontrol atau kritik yang disamarkan sebagai niat baik.

Balasan efektif:
“Kalau aku butuh bantuan, aku akan minta. Terima kasih.”

8. “Semua orang juga bilang…”

Apa yang terjadi?
Menggunakan “orang lain” imajiner untuk menguatkan kritik tanpa bukti.

Balasan efektif:
“Siapa ‘semua orang’ itu? Kalau ada masalah, bicarakan dari pendapatmu sendiri.”


Mengapa Orang Bersikap Pasif-Agresif?

Menurut psikolog, perilaku ini sering muncul karena:

  • Takut konflik, tetapi tetap ingin “menang”
  • Tidak mampu mengungkapkan emosi dengan sehat
  • Kebiasaan manipulatif untuk mengontrol orang lain

Cara Melindungi Diri dari Perilaku Pasif-Agresif

  1. Kenali polanya – Jika suatu komentar terasa aneh, mungkin memang ada maksud tersembunyi.
  2. Jangan terpancing emosi – Orang pasif-agresif ingin Anda bereaksi berlebihan.
  3. Minta kejelasan“Apa maksudmu sebenarnya?” bisa menghentikan permainan kata-kata mereka.
  4. Tetapkan batasan – Jika terus terjadi, batasi interaksi atau sampaikan bahwa sikap itu tidak bisa diterima.

Kesimpulan

Perilaku pasif-agresif tidak selalu disadari pelakunya, tetapi dampaknya bisa merusak kepercayaan diri dan hubungan. Dengan mengenali tanda-tandanya, Anda bisa menanggapi dengan tegas tanpa terjerat permainan emosi mereka.

Ingat: Komunikasi yang sehat itu jujur, langsung, dan saling menghormati. Jika seseorang terus bersikap pasif-agresif, mungkin itu tanda untuk menjaga jarak.